Senin, 19 Maret 2018

PRINSIP DAN MODEL KOMUNIKASI


PENGANTAR MK PROSES KOMUNIKASI

12 PRINSIP KOMUNIKASI
Prinsip-prinsip komunikasi pada dasarnya merupakan penjabaran lebih jauh dari definisi atau hakikat komunikasi:
1. Komunikasi adalah proses simbolik
2. Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
3. Komunikasi punya dimensi isi dan dimensi hubungan
4. Komunikasi berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan
5. Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu
6. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi
7. Komunikasi bersifat sistemik
8. Semakin mirip latar belakang sosial-budaya semakin efektiflah komunikasi
9. Komunikasi bersifat nonsekuensial
10. Komunikasi bersifat prosesual, dinamis, dan transksional
11. Komunikasi bersifat irreversible
12. Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah

MODEL-MODEL KOMUNIKASI
1. Model S-R
Model stimulus-respons (S-R) adalah model komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behaioristik.
(Stimulus - Respons)
2. Model Aristoteles
Model komunikasi paling klasik, yang sering juga disebut model retoris. Ia berjasa dalam merumuskan model komunikasi verbal pertama. Komunikasi terjadi ketika seorang pembicara menyampaikan pembicaraannya kepada khalayak dalam upaya mengubah sikap mereka. Ia mengemukakan tiga unsur dasar proses komunikasi, yaitu pembicara (speaker), pesan (message), dan
pendengar (listener)
3. Model Lasswell
Model Lasswell sering diterapkan dalam komunikasi massa. Model tersebut mengisyaratkan bahwa lebih dari satu saluran dapat membawa pesan. Model yang digambarkan dalam pernyataan: “Who ?Says what? To whom? Through what channel? With what effect?”
∗ Model Shannon dan Weaver
Model Shannon dan Weaver mengasumsikan bahwa sumber informasi menghasilkan pesan untuk
dikomunikasikan dari seperangkat pesan yang dimungkinkan. Pemancar (transmitter) mengubah
pesan menjadi sinyal yang sesuai dengan saluran yang digunakan. Saluran (channel) adalah medium yang mengirimkan sinyal (tanda) dari transmitter ke penerima (receiver).
∗ Model Schramm
Menurut Wilbur Schramm, komunikasi senantiasa membutuhkan setidaknya tiga unsur: sumber (source), pesan (message), dan sasaran (destination). Setiap orang dalam proses komunikasi adalah sekaligus sebagai enkoder-dekoder. Proses kembali dalam model disebut umpan balik (feedback)

KOMUNIKASI VERBAL
∗ Menurut Larry L. Barker
bahasa memiliki tiga fungsi yaitu penamaan (naming atau labeling), interaksi, dan transmisi informasi. Penamaan atau penjulukan merujuk pada usaha mengidentifikasi objek, tindakan,
atau orang dengan menyebut namanya sehingga dapat dirujuk dalam komunikasi. Fungsi interaksi,
menekankan berbagai gagasan dan emosi, yang dapat mengundang simpati dan pengertian atau kemarahan dan kebingungan. Melalui bahasa, informasi dapat disampaikan kepada orang lain.

FUNGSI KOMUNIKASI VERBAL
∗ Dalam pada itu, agar komunikasi kita berhasil setidaknya bahasa harus memenuhi tiga fungsi, yaitu:
Untuk mengenal dunia di sekitar kita, berhubungan dengan orang lain, dan untuk menciptakan koherensi dalam kehidupan kita

KETERBATASAN BAHASA
∗ Keterbatasan jumlah kata yang tersedia untuk mewakili objek
∗ Kata-kata bersifat ambigu dan kontekstual
∗ Kata-kata mengandung bias budaya
∗ Pencampuradukan fakta, penafsiran, dan penilaian

KOMUNIKASI NON-VERBAL
∗ Istilah non-verbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar
kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan
perilaku non-verbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa
dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat nonverbal.

KLASIFIKASI PESAN NON-VERBAL
∗ Bahasa Tubuh (isyarat tangan, gerakan kepala, postur tubuh dan posisi kaki, ekspresi wajah dan           tatapan mata)
∗ Sentuhan
∗ Parabahasa (atau vokalika)
∗ Penampilan fisik (busana, karakteristik fisik)
∗ Bau-bauan
∗ Orientasi ruang dan jarak pribadi (ruang pribadi vs ruang publik, posisi duduk dan pengaturan             ruangan)
∗ Konsep waktu
∗ Diam
∗ Warna
∗ Artefak

FUNGSI KOMUNIKASI NON-VERBAL
1. Perilaku non-verbal dapat mengulangi perilaku verbal
2. Memperteguh, menekankan, atau melengkapi perilaku verbal
3. Perilaku non-verbal dapat menggantikan perilaku verbal
4. Perilaku non-verbal dapat meregulasi perilaku verbal
5. Perilaku non-verbal dapat membantah atau bertentangan dengan perilaku verbal

PERBEDAAN KOMUNIKASI VERBAL DAN NON-VERBAL
∗ Pertama, sementara perilaku verbal adalah saluran tunggal, perilaku non-verbal bersifat                       multisaluran
∗ Kedua, pesan verbal terpisah-pisah, sedangkan pesan non-verbal sinambung.
∗ Ketiga, komunikasi non-verbal mengandung lebih banyak muatan emosional daripada komunikasi     verbal

MATERI KOMUNIKASI MASSA


PENGANTAR MATA KULIAH PROSES KOMUNIKASI


DEFINISI KOMUNIKASI MASSA

∗ Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangannya saja, komunikasi massa berasal dari pengembangan kata media of mass communications (media komunikasi massa)

∗ Pertama, komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa , kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk didefinisikan.

∗ Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar audio dan atau visual. Komunikasi massa barangkali akan lebih muda dan lebih logis bila didefinisikan menurut bentuknya: televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku dan pita kaset. (Josep A. Devito)

“Komunikasi massa adalah sebuah proses di mana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak
sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen” 
(Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988))

Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan oleh Michael W Gamble dan Teri Kwal Gamble (1986):
1. Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern agar memancarkan pesan cepat, luas, dan tersebar.
2. Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian meski tidak saling kenal (anonim)
3. Pesan adalah publik. Artinya bahwa pesan ini bisa didapatkan dan diterima oleh banyak orang.
4. Sebagai sumber, komunikator biasanya organisasi formal seperti jaringan, ikatan, atau perkumpulan.
5. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper, artinya pesan dikontrol oleh sejumlah individu dalam lembaga tersebut sebelum disebarkan lewat media massa

CIRI-CIRI KOMUNIKASI MASSA
1. Komunikator dalam komunikasi massa melembaga
2. Komunikan dalam komunikasi massa bersifat heterogen
3. Pesannya bersifat umum
4. Komunikasinya berlangsung satu arah
5. Komunikasi massa menimbulkan keserempakan
6. Komunikasi massa mengandalkan peralatan teknis
7. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeeper

FUNGSI KOMUNIKASI MASSA
1. Informasi
2. Hiburan
3. Persuasi
4. Transmisi Budaya
5. Mendorong kohesi sosial
6. Pengawasan
7. Korelasi
8. Pewarisan sosial

ELEMEN KOMUNIKASI MASSA
1. Komunikator
2. Isi
3. Audiences
4. Umpan balik
5. Gangguan
6. Gatekeeper
7. Pengatur
8. Filter

TEORI KOMUNIKASI MASSA
∗ Hypodermic Needle Theory (Teori Jarum Hipodermik)
Antara penerima pesan dengan pesan yang disebarkan oleh pengirim tidak ada perantara alias langsung diterimanya. Dalam literatur komunikasi massa ini sering disebut dengan istilah teori jarum hipodermik (hypodermic needle theory) atau teori peluru (bullet theory).
∗ Cultivation Theory (Teori Kultivasi)
Menurut teori kultivasi ini, televisi menjadi media atau alat utama di mana para penonton televisi itu belajar tentang masyarakat dan kultur dilingkungannya. Dengan kata lain, persepsi apa yang terbangun di benak sangat ditentukan oleh televisi. Ini artinya, melalui kontak dengan televisi, belajar tentang dunia, orang-orangnya, nilai-nilai, serta adat kebiasaannya.
∗ Technological Determinism Theory (Teori Determinisme Teknologi)
Ide dasar teori ini adalah bahwa perubahan yang terjadi pada berbagai macam cara berkomunikasi akan membentuk pula keberadaan manusia itu sendiri. Teknologi membentuk individu bagaimana cara berpikir, berperilaku, dalam masyarakat.
∗ Diffusion of Innovations Theory (Teori Difusi Inovasi)
Di dalam Teori Difusi Inovasi, dikatakan bahwa komunikator yang mendapatkan pesan dari media
massa sangat kuat untuk mempengaruhi orang-orang. Dengan demikian, ketika ada inovasi (penemuan), lalu disebarkan (difusi) melalui media massa akan kuat mempengaruhi massa untuk mengikutinya. Difusi mengacu pada penyebaran informasi baru inovasi atau proses baru ke dalam masyarakat.
∗ Uses and Gratifications Theory
Teori ini mengatakan bahwa pengguna media memainkan peran aktif untuk memilih dan menggunakan media tersebut. Dengan kata lain pengguna media itu adalah pihak yang aktif dalam
proses komunikasi. Pengguna media berusaha untuk mencari sumber media yang paling baik dalam
memenuhi kebutuhannya.
∗ Agenda Setting Theory
Menurut teori ini media punya kemampuan untuk menyeleksi dan mengarahkan perhatian masyarakat
pada gagasan atau peristiwa tertentu. Media mengatakan pada kita apa yang penting dan apa yang
tidak penting. Media memberikan agenda-agenda lewat pemberitaannya, sedangkan masyarakat akan
mengikutinya.

EFEK KOMUNIKASI MASSA
Efek Primer
Jadi terpaan media massa yang mengenai audience menjadi salah satu bentuk efek primer. Akan lebih bagus jika audience tersebut memperhatikan pesan-pesan media massa.
Efek Sekunder
Menurut John R Bittner (1996), fokus utama efek ini adalah tidak hanya bagaimana media mempengaruhi audience tetapi juga bagaimana audience mereaksi pesan-pesan media yang sampai pada akhirnya. Faktor interaksi yang terjadi antar individu akan ikut mempengaruhi pesan yang diterima.

∗ Komunikasi massa mempunyai efek itu tidak bisa dibantah. Wujud efek bisa berwujud pada tiga hal: efek kognitif (pengetahuan), afektif (emosional dan perasaan), dan behavioural (perubahan pada
perilaku).



KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA


PENGANTAR MATA KULIAH PROSES KOMUNIKASI


DEFINISI KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

∗ Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A. Samovar dan Richard E. Porter Intercultural Communication, A Reader –komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antarsuku bangsa, antaretnik dan ras, antarkelas sosial.

∗ Samovar dan Porter juga mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya terjadi di
antara produser pesan dan penerima pesan yang latar belakang kebudayaannya
berbeda.

∗ Charley H. Dood mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi dan kelompok dengan tekanan pada perbedaan latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta.


PENGERTIAN KOMUNIKASI & BUDAYA

∗ Komunikasi merupakan suatu proses dimana dua orang atau lebih melakukan pertukaran infomasi

∗ Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi.


KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

∗ Ada dua konsep utama yang mewarnai komunikasi antarbudaya (Interculture Communication), yaitu Konsep Kebudayaan dan Konsep Komunikasi. Hubungan antara keduanya sangat kompleks. Budaya mempengaruhi komunikasi dan pada gilirannya komunikasi turut menentukan, menciptakan, dan memelihara realitas budaya dari sebuah komunitas/kelompok budaya
(Martin&Thomas, 2007: 92).


HUBUNGAN KOMUNIKASI DAN BUDAYA

Komunikasi - budaya
• Melalui komunikasi kita membentuk kebudayaan

Budaya - komunikasi
• Kebudayaan menentukan aturan & pola-pola komunikasi


HAKIKAT KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

∗ Kultur
gaya hidup khusus yang terdiri dari nilai, kepercayaan, dan gaya berkomunikasi suatu kelompok yang ditularkan dari generasi ke generasi.

∗ Enkulturasi
transmisi kultur dengan belajar.

∗ Akulturasi
percampuran dua budaya yang berbeda.

∗ subkultur
kelompok kecil dalam kultur yang lebih besar dan dominan

Enkulturasi adalah proses di mana kultur ditransmisikan dari satu generasi ke generasi dengan cara belajar bukan mewarisinya–lewat keluarga, sekolah, pergaulan, dsb.

Sinkretisme adalah suatu proses terjadinya pertemuan dua buah kebudayaan dan tidak menghilangkan jati diri masing-masing. Sinkretisme berbeda dengan akulturasi. Bedanya, sinkretisme tidak menghasilkan kebudayaan baru, tetapi kebudayaan lama mengalami penyesuaian

Akulturasi yakni proses di mana kultur seseorang dimodifikasi melalui kontak langsung dengan kultur lain.

Subkultur adalah kelompok-kelompok kecil yang tinggal dan berinteraksi dalam kultur yang lebih
besar dan dominan.

CONTOH :
Enkulturasi (Pesantren)
Akulturasi Batik Megamendung
Sinkretisme Mesjid Lautze
Subkultur Hijabers


TUJUAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Ada beberapa tujuan dan manfaat yang kita peroleh setelah mempelajari komunikasi antar budaya, yaitu:
1) Memahami perbedaan budaya yang mempengaruhi praktik komunikasi antar orang yang berbeda        budaya.
2) Mengidentifikasikan kesulitan-kesulitan yang muncul dalam komunikasi.
3) Membantu mengatasi masalah komunikasi yang disebabkan oleh perbedaan budaya.
4) Meningkatan ketrampilan verbal dan non verbal dalam komunikasi.
5) Menjadikan kita mampu berkomunikasi secara efektif


HAMBATAN KOMUNIKASI ANTAR BUDAYA

Hambatan- Hambatan dalam Komunikasi Antarbudaya terjadi karena alasan yang bermacam-macam—karena komunikasi mencakup pihak-pihak yang berperan sebagai pengirim dan penerima secara berganti-ganti maka hambatan-hambatan tersebut dapat terjadi dari semua pihak antara lain:

Menurut Barna, 1988 ; Ruben, 1985 dalam (Joseph A. DeVito, 1997 : 488-491) hambatan-hambatan komunikasi antarbudaya dibagi menjadi 5 yaitu :
1. Mengabaikan Perbedaan Antara Anda dan Kelompok yang Secara Kultural Berbeda
2. Mengabaikan perbedaan Antara Kelompok Kultural yang Berbeda
3. Mengabaikan Perbedaan dalam Makna
4. Melanggar Adat Kebiasaan Kultural
5. Menilai Perbedaan Secara Negatif


Fungsi komunikasi antarbudaya

1. Fungsi pribadi
Fungsi pribadi komunikasi antar budaya adalah fungsi-fungsi komunikasi antar budaya yang ditunjukkan melalui perilaku komunikasi yang bersumber dari seorang individu.
Menyatakan Identitas Sosial
Dalam proses komunikasi antarbudaya terdapat beberapa perilaku komunikasi individu yang digunakan untuk menyatakan identitas sosial.
Menyatakan intergrasi social
Inti konsep integrasi sosial adalah menerima kesatuan dan persatuan antarpribadi, antarkelompok namun tetap mengakui perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh setiap unsur.
Menambah pengetahuan
Seringkali komunikasi antarbudaya menambah pengetahuan bersama, saling mempelajari kebudayaan masing-masing.

2. Fungsi Sosial
Pengawasan
Dalam setiap proses komunikasi antarbudaya fungsi ini bermanfaat untuk menginformasikan "perkembangan" tentang lingkungan. Fungsi ini lebih banyak dilakukan oleh media massa yang menyebarlusakan secara rutin perkembangan peristiwa yang terjadi disekitar kita meskipun peristiwa itu terjadi dalam sebuah konteks kebudayaan yang berbeda.
Menjembatani
Fungsi menjembatani itu dapat terkontrol melalui pesan-pesan yang mereka pertukarkan, keduanya saling menjelaskan perbedaan tafsir atas sebuah pesan sehingga menghasilkan makna yang sama. Fungsi ini dijalankan pula oleh berbagai
konteks komunikasi termasuk komunikasi massa.
Sosialisasi Nilai
Fungsi sosialisasi merupakan fungsi untuk mengajarkan dan memperkenalkan nilai-nilai kebudayaan suatu masyarakat kepada masyarakat lain.
Menghibur
Fungsi menghibur juga sering tampil dalam proses komunikasi antarbudaya. Misalnya menonton tarian dari kebudayaan lain. Hiburan tersebut termasuk dalam kategori hiburan antarbudaya.

Jumat, 16 Maret 2018

struktur estetika



STRUKTUR ESTETIKA

Seni  memiliki  peranan  yang  cukup  penting  di  dalam  kehidupan  manusia.  Seni terbentuk/dibentuk melalui susunan atau komposisi atau satu kesatuan dari unsur‐unsur rupa.

Unsur‐Unsur Rupa

Unsur Garis
Garis  adalah  goresan  atau  batas  limit  dari  suatu  benda,  ruang,  bidang,  warna,  tekstur,  dan  lainnya. Menurut  jenisnya,  garis  dapat  dibedakan  menjadi  garis  lurus,  lengkung,  panjang,  pendek,  horizontal, vertikal, diagonal, berombak, putus‐putus, patah‐patah, spiral dan Iain‐Iain.
Kesan  yang  ditimbulkan  dari  setiap  macam  garis  dapat  berbeda‐beda,  misalnya  garis  lurus  berkesan tegak dan keras, garis lengkung berkesan lembut dan lentur, garis patah‐patah berkesan kaku, dan garis spiral berkesan lentur.

Unsur Shape (Bangun)
Shape adalah suatu bidang kecil yang terjadi karena dibatasi oleh sebuah kontur (garis) dan atau dibatasi oleh adanya warna yang berbeda atau oleh gelap terang pada arsiran atau karena adanya tekstur.
Shape (bidang) yang terjadi:
– shape yang menyerupai wujud alam (figuratif), dan
– shape yang tidak sama sekali menyerupai wujud alam (non figuratif).

Unsur Tekstur   (Rasa Permukaan Bahan)
Texture (tekstur) adalah unsur rupa yang menunjukkan rasa permukaan bahan, yang sengaja dibuat dan dihadirkan dalam susunan untuk mencapai bentuk rupa, sebagai usaha untuk memberikan rasa tertentu pada permukaan bidang pada perwajahan bentuk pada karya seni rupa secara nyata atau semu.

Unsur Warna
Warna sebagai salah satu elemen atau medium seni rupa, merupakan unsur susun yang sangat penting, baik di bidang seni murni maupun seni terapan.
Warna Sebagai Warna: 
kehadiran  warna  tersebut  sekedar  untuk  memberi  tanda  pada  suatu  benda  atau  barang,  atau  hanya untuk  membedakan  ciri  benda  satu  dengan  lainnya  tanpa  maksud  tertentu  dan  tidak  memberikan pretensi apapun.
Warna Sebagai Representasi Alam: 
kehadiran  warna  merupakan  penggambaran  sifat  obyek  secara  nyata,  atau  penggambaran  dari  suatu obyek alam sesuai dengan apa yang dilihatnya.
Warna sebagai Tanda atau Lambang atau Simbol:
kehadiran warna merupakan lambang atau melambangkan sesuatu  (yang lain), merupakan tradisi atau pola umum.

Unsur Ruang dan Waktu
Ruang  dalam  unsur  rupa  merupakan  wujud  tiga  matra  yang  mempunyai  panjang,  lebar,  dan  tinggi (mempunyai volume).   Untuk meningkat dari satu matra ke matra yang lebih tinggi dibutuhkan waktu. Ada  perbedaan  yang  terjadi  tentang  waktu  pada  seni  pertunjukan  dan  seni  rupa.  Seni  pertunjukan terikat  dalam  ruang  dan  waktu  yang  disajikan,  sedang  waktu  dalam  seni  rupa  merupakan  waktu successive. Waktu yang digunakan dalam penghayatan  tidak dapat hanya berlangsung secara simultan tetapi secara bertahap untuk mencapai kedalaman estetika.



Dasar‐Dasar Penyusunan

Paduan Harmoni (Selaras)
Harmoni  atau  selaras  merupakan  paduan  unsur‐unsur  yang  berbeda  dekat.  Jika  unsur‐unsur  estetika dipadu secara berdampingan maka akan timbul kombinasi tertentu dan timbul keserasian (harmoni).

Paduan Kontras
Kontras  merupakan  paduan  unsur‐unsur  yang  berbeda  tajam.  Kontras  merangsang  minat,  kontras menghidupkan desain, kontras merupakan bumbu komposisi dalam pencapaian bentuk.

Paduan Irama (Repetisi)
Repetisi  merupakan  pengulangan  unsur‐unsur  pendukung  karya  seni.  Repetisi  atau  ulang  merupakan selisih antara dua wujud yang terletak pada ruang dan waktu, maka sifat paduannya bersifat satu matra yang  dapat  diukur  dengan  interval  ruang,  serupa  dengan  interval  waktu  antara  dua  nada  musik beruntun yang sama.

Paduan Gradasi (Harmoni Menuju Kontras)
Gradasi  merupakan  satu  sistem  paduan  dari  laras  menuju  kontras,  dengan  meningkatkan  masa  dari unsur yang dihadirkan. Gradasi merupakan paduan dari interval kecil ke interval besar, yang dilakukan dengan penambahan atau pengurangan secara laras dan bertahap.

 
Hukum Penyusunan
Asas Kesatuan (Unity)
Kesatuan  adalah  kohesi,  konsistensi,  ketunggalan  atau  keutuhan,  yang  merupakan  isi  pokok  dari komposisi. Kesatuan merupakan efek yg dicapai dlm suatu susunan atau komposisi di antara hubungan unsur pendukung karya, sehingga secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh.

Keseimbangan (Balance)
Keseimbangan  dalam  penyusunan  adalah  keadaan  atau  kesamaan  antara  kekuatan  yang  saling
berhadapan  dan  menimbulkan  adanya  kesan  seimbang  secara  visual  ataupun  secara  intensitas
kekaryaan.
– Keseimbangan formal adalah keseimbangan pada dua pihak berlawanan dari satu poros.
– Keseimbangan  informal  adalah  keseimbangan  sebelah  menyebelah  dari  susunan  unsur  yang
menggunakan prinsip susunan ketidaksamaan atau kontras dan selalu asimetris.

Kesederhanaan (Simplicity)
Kesederhanaan  dalam  desain,  pada  dasarnya  adalah  kesederhanaan  selektif  dan  kecermatan
pengelompokan unsur‐unsur artistik dalam desain.
Ada 3 aspek kesederhanaan: kesederhanaan unsur, kesederhanaan struktur, dan kesederhanaan teknik.

Aksentuasi (Emphasis)
Desain  yang  baik  mempunyai  titik  berat  untuk  menarik  perhatian.  Perulangan  unsur  desain  dan perulangan  warna  dapat memberi  penekanan  pada  unsur  tersebut.   Aksentuasi melalui  susunan:  tata letak  dari  unsur  visual  dengan  benda‐benda  lain  yang  diatur  sedemikian  rupa  sehingga  mengarahkan pandangan orang ke tempat atau obyek yang menjadi pusat perhatian.
 
Proporsi
Proporsi  dan  skala  mengacu  kepada  hubungan  antara  bagian  dari  suatu  desain  dan  hubungan  antara bagian dengan keseluruhan. Warna, tekstur, dan garis memainkan peranan penting dalam menentukan proporsi.  Proporsi  tergantung  kepada  tipe  dan  besarnya  bidang,  warna  garis  dan  tekstur  dalam beberapa area.


Referensi Utama
Dharsono. (Sony Kartika). 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.

pengertian estetika dan perkembangannya


Pengertian Estetika
Asal kata estetika adalah “aisthetika” yang berarti hal-hal yang dapat diserap oleh pancaindera (sense of perception). Alexander Baumgarten, meneruskan pendapat Leibniz dengan menggunakan kata
“aisthetika” untuk kali pertama pada abad ke-18 sebagai penekanan bahwa “aisthetika” adalah sarana
untuk mengetahui pengalaman seni (the perfection of sentient knowledge).
“Estetika adalah sains tentang pengenalan inderawi (the science of sensory cognition).” — Alexander Baumgarten.
“Estetika adalah pengetahuan tentang yang indah (science of the beautiful). Estetika hanya berurusan dengan keindahan seni.” —Louis Kattsoff.
“Estetika tidak hanya menyelidiki yang indah, tetapi juga yang buruk.” —Stolnitz
“Estetika adalah telaah tentang aktivitas penciptaan dan kesenimanan; tentang apresiasi, kritik seni, hubungan seni dengan kehidupan, dan peran seni di dalam dunia.”

Hari ini estetika tidak melulu harus berurusan dengan permasalahan filosofis; di dalamnya ada bahasan ilmiah yang menyangkut banyak hal di dalam konteks keindahaan, pengalaman estetis, gaya-aliran seni, perkembangan seni, dan lainnya.

Keindahan adalah subjektif, adalah relatif. Nilai estetis menjadi sangat subjektif tetapi ada beberapa hal yang bisa menjadi acuan tentang sesuatu hal memiliki nilai-nilai estetis.

Immanuel Kant, membagi nilai estetis menjadi:
(1) Nilai Murni terdapat pada garis, bentuk, warna dalam seni rupa. Gerak, tempo, irama, dalam
seni tari. Suara, metrum, irama dalam seni music. Dialog, ruang, gerak dalam seni drama, dan
lainnya. Nilai murni adalah keindahan murni.
(2) Nilai Tambahan, adalah yang ditambahkan pada bentuk-bentuk manusia, alam, binatang dan lain-lain; gerak lambaian, sembahan dan lain-lain; suara tangisan dan lain-lain. Keindahan yang dapat dinikmati penggemar seni yang terdapat pada unsur-unsur tersebutlah yang disebut sebagai nilai tambahan.

Teori Intrinsik, berpendapat bahwa nilai seni terdapat pada “bentuknya”. Bentuk adalah medium inderawi sebuah karya seni. Isinya (cita dan emosi yg menyertainya) adalah tidak relevan.
Misalnya, lukisan pemandangan alam; nilai keindahan dibentuk dari hubungan garis-garis, warna-warna, dan bentuk-bentuk yang dapat disadari. Sedangkan pepohonan, gunung, awan, matahari, dan mungkin sungai tidaklah relevan dengan keindahan yang sesungguhnya sebagai objek real.

Teori Ekstrinsik, susunan dari arti-arti di dalam (makna dalam) dan susunan medium inderawi (makna kulit) yang menampung proyeksi dari makna dalam harus disatukan. Nilai-nilai keindahan mencakup semuanya, meliputi semua arti yang diserap dalam seni dari cita yang mendasarinya.

Teori Serba Intelektual, menyatakan bahwa ‘tujuan seni adalah mengungkapkan kebenaran’, sesuai
prinsip Aristoteles “keindahan adalah ‘kebenaran’, keindahan yang benar atau kejujuran!” Kebenaran
yang dimaksud adalah ‘kebenaran artistik’, yaitu manifestasi prinsip universal dalam kehidupan yang
nyata ataupun khayali. Disebut pula sebagai kebenaran baru (new reality) dan kebenaran kedua (second reality). Teori ini beranggapan bahwa tak beda antara tujuan dan nilai ilmu sains dan seni. Bedanya hanya sains menyajikan citra dalam bentuk nilai-nilai abstrak, sementara seni menyajikan bayangan yang nyata dan merupakan perumpamaan.

Teori Katarsis, dikemukakan oleh Aristoteles tentang efek dari seni terhadap pengamatnya. Pengamat
mendapatkan kepuasan dan kedamaian dari karya seni, ibarat ‘penyucian’ atau ‘penyembuhan’ ruhani.
Contoh pada seni teater, musik bahkan film. Ini dikaitkan dengan ekspresi di luar seni, yaitu nafsu kasar dan tak tekendali yang diubah menjadi ekspresi seni, yaitu bentuk-bentuk artistik dan estetis yang sangat cocok, melalui maksud mengalihkan perhatian ke tempat lain bagi pikiran kita serta kesempatan untuk merefleksikan dan mencernakan pengalaman, sehingga membawa kedamaian dan mencapai kepuasan ruhani.

Nilai Ekspresi, keindahan adalah jenis ekspresi dan ekspresi adalah “muatan” atau “isi” seni. ‘muatan’ atau ‘isi’ ini bisa disebutkan berdasarkan rasa inderawi dan emosi yang dibedakan menurut rasa yang menyenangkan, rasa lucu dan perenungan

maka, Estetika adalah teori yang mencakup:
1. Penyelidikan tentang yang indah.
2. Penyelidikan tentang prinsip-prinsip landasan seni.
3. Pengalaman yg berkaitan dengan seni, penciptaan seni, penilaian atau refleksi terhadap karya seni.

Ruang Lingkup Estetika:
1. Bidang Filosofis: Kajian mengenai karakter dasar seni, norma, serta nilai seni.
2. Bidang Psikologi: Kajian mengenai pengamatan dan tanggapan, aktivitas penciptaan, serta seni pertunjukan.
3. Bidang Sosiologis: Kajian mengenai pengamatan suatu publik, karya seni, sarana, dan lingkungan.


PEMAHAMAN & PENIKMATAN ESTETIK



PEMAHAMAN adalah apresiasi. Apresiasi adalah proses sadar dalam memahami sebuah karya.
Mengapresiasi adalah proses menafsirkan makna yang ada di dalam sebuah karya. Dalam memahami
sebuah karya, seseorang wajib mengenal struktur dari karya yang sedang dihayati.
Pemahaman estetik (seni) banyak menarik perhatian para ahli estetika. Dalam mendekati persoalan
estetik (seni), para ahli mencoba menggunakan beberapa teori, diantaranya teori Pemancaran Diri
(Einfuhlung atau Empathy), dan teori Jarak Kejiwaan (Psychical Distance).

Teori Pemancaran Diri (Empathy),
Dikembangkan oleh Theodore Lipps. Empati (einfuhlung) merupakan pengalaman dalam peleburan
perasaan (emosi) pengamat terhadap benda seni. Contoh: ketika menonton film, kita seolah turut
bermain di dalamnya dan terkadang berpihak pada salah seorang tokoh. Atau bagaimana karya
Katsushika Hokusai dapat menimbulkan perhatian tertentu secara estetis.
Perhatian kita bisa tertuju pada
orang-orang dalam perahu.
Kemudian kita merasa simpati
kepada mereka dalam menempuh
bahaya.
Tetapi jika kita menganggapnya sebagai hasil
seni, maka perasaan kita akan terpikat oleh
lenggak-lenggok gelombang yang maha
besar itu. Kita seolah-olah berada dalam
gerakannya yang menarik. Kita akan merasa
akan tegangan antara kekuatannya yang
menggulung ke atas dengan gaya berat, dan
setelah gelombang itu memukul dan
membuih maka kita sendiri akan merasakan
seperti dengan amarah menegangkan jarijari
untuk menerkam korban yang ada di
bawah kita (Read, 1972:36-38).
Katsushika Hokusai – Great Wave of Kanagawa

Proyeksi perasaan empati ini bersifat subjektif dan sekaligus objektif. Hal tersebut disebut subjektif
karena pengamat menemukan kepuasan atau kesenangan bentuk objek karya seni. Sedangkan disebut
objektif karena didasarkan pada nilai-nilai intrinsik benda seni itu sendiri (Sumardjo, 1997). Pola
hubungan antar inilah yang memberikan makna pada pengalaman tersebut.

Teori Jarak Kejiwaan (Psychical Distance)
Edward Bullough merasakan bahwa jika merasakan suatu pengalaman estetik (seni), pengamat (yang
mengalami benda estetik/seni) harus dapat meniadakan segala kepentingan yang mempengaruhi
pandangannya terhadap seni yang sedang dihadapi.
Teori ini diperkuat oleh P. A. Michelis. Dia lebih mengarahkan pada jarak estetik (Aesthetic Distance). Bahkan secara lebih rinci, bahwa membuat jarak terhadap benda seni tidak hanya jiwa saja, tetapi juga ruang dan waktu (distansi ruang dan distansi waktu). Ketika kita menikmati lukisan dari jarak dekat, maka kita akan kehilangan keutuhan dari satu unit format karya lukis. Dengan demikian lukisan itu telah sampai pada apresiasi kita dalam keadaan berubah, dari suatu image menjadi suatu benda. Sebaliknya, jika mengamati dari jarak yang terlampau jauh, lukisan tersebut hanya bisa ditangkap dengan kesan globalnya saja, mungkin hanya bayangan atau siluetnya. Yang paling baik adalah distansi tengah, yang akan membimbing kita untuk mengapresiasi relasi di bagian-bagian bentuk keseluruhan, dan keseluruhan itu sebagai unit.

PENIKMATAN merupakan proses dimensi psikologis, proses interaksi antara aspek intrinsik seseorang terhadap sebuah karya estetik. Hasil dari interaksi proses tersebut merupakan ultimatum senang atau tidak senang terhadap keberlangsungan terhadap karya seni. Relativitas kajian tersebut tergantung dari tingkat relativitas seseorang dalam menghadapi sebuah karya sajian. Tingkatan relativitas tersebut juga tergantung dari tingkat intelektual seseorang dan latar budayanya.

Steppen C. Pepper memberikan empat tingkatan ultimatum kesenangan berdasarkan tingkat relativitas seseorang:
1. Tingkatan Pertama: Tingkat Subyektif relativitas, dimana seseorang dalam memberikan ultimatum senang dan tidak senang karena adanya keputusan subyektivitas, misalnya: “Saya senang karena film itu dimainkan oleh ....”, ultimatum tersebut berdasarkan keputusan yang berorientasi pada selera pribadi.
2. Tingkatan Kedua: Tingkat Culture Relativity, tingkat relativitas ini atas keputusan sikap psikologis karena ikatan latar belakang budaya. Misalnya: “Saya senang karena karya seni yang disajikan merupakan kebudayaan daerah...”
3. Tingkatan Ketiga: Biologikal relativitas, keputusan yang berdasarkan atas intrinsik yang muncul
setelah menikmati karya tersebut. Ultimatum tersebut hampir mendekati proses apresiasi, namun masih banyak menggunakan aspek psikologis dibanding logika pemahaman estetik.
4. Tingkatan Keempat: Absolut, artinya didasarkan atas pengaruh dari luar. Misal; Semua seni itu indah, tanpa berusaha menikmati dengan segala kekuatan aspek psikogis yang ia punyai.

ESTETIKA BARAT I



Estetika Yunani Klasik
Dalam periode ini para filsuf yang membahas estetika diantaranya adalah Socrates, Plato dan Aristoteles. Ada beberapa ciri mengenai pandangan estetikanya, yaitu :
1. Bersifat Metafisik, Keindahan adalah ide, identik dengan ide kebenaran dan ide kebaikan.
Keindahan itu mempunyai tingkatan kualitas, dan yang tertinggi adalah keindahan Tuhan.
2. Bersifat Objektifistik, Setiap benda yang memiliki keindahan sesungguhnya berada dalam keindahan Tuhan. Alam menjadi indah karena mengambil peranannya atau berpartisipasi dalam keindahan Tuhan.
3. Bersifat Fungsional, Pandangan tentang seni dan keindahan haruslah berkaitan dengan kesusilaan
(moral), kesenangan, kebenaran dan keadilan.

Dalam dialog-dialognya Socrates (470/469 – 399 BC) membuka persoalan dengan mempertanyakan
sesuatu itu disebut indah dan sesuatu itu disebut buruk. Menurut Socrates, keindahan yang sejati itu
ada di dalam jiwa (roh). Raga hanya merupakan pembungkus keindahan. Keindahan bukan merupakan sifat tertentu dari suatu benda, tetapi sesuatu yang ada dibalik bendanya itu yang bersifat kejiwaan.

Plato (424/423 – 348/347 SM), berpendapat bahwa realitas yang ada bukanlah yang ada namun hanya sebagai tiruan dari yang ada. Plato menyebutnya sebagai Idea. Idea sendiri bagi Plato adalah ada yang sesungguhnya yang bersifat kekal dan mutlak. Oleh karenanya Plato beranggapan bahwa seni adalah tiruan dari tiruan; mimesis-memeseos. Karena keindahan itu hanya ada di alam Idea. Plato berpendapat bahwa untuk mengetahui keindahan sesungguhnya, kita terlebih dahulu mengosongkan pikiran dan membersihkan diri dari segala kesalahan dan kekurangan.

Aristoteles (384-322 SM) Keindahan adalah sesuatu yang baik dan menyenangkan. Ia juga percaya
bahwa tidak ada keindahan yang mutlak. Keindahan yang ada sebenarnya didasarkan pada persepsi
masing-masing individu. Karya seni adalah sebuah tiruan (imitasi), yakni tiruan dari dunia alamiah dan dunia manusia. Bagi Aristoteles, seni tidak hanya tiruan dari benda yang ada dari alam, tetapi lebih sebagai tiruan dari sesuatu yang universal. Karya seni yang sempurna harus dapat menjadi sebuah “katarsis” yang artinya pemurnian. Menurut Aristoteles, katarsis adalah puncak dan tujuan karya seni drama dalam bentuk tragedi. Teori katarsis Aristoteles ini sangat berpengaruh dalam filsafat seni, terutama dalam teori drama. Biasanya khatarsis diharapkan terjadi pada diri penonton dan kemudian dibawanya pulang sebagai pemahaman yang lebih mendalam tentang manusia, sebagai pembebasan batin sebagai pengalaman penderitaan.

Estetika Abad Pertengahan
Abad pertengahan (5-15 M) merupakan ‘abad kegelapan’ yang menghalangi kreativitas seniman dalam berkarya seni. Agama Nasrani yang mulai berkembang dan berpengaruh kuat pada masyarakat akan menjadi belenggu seniman. Gereja Kristen lama bersifat ‘memusuhi’ seni dan tidak mendorong refleksi filosofis terhadap hal itu. Seni mengabdi hanya untuk kepentingan gereja dan kehidupan sorgawi. Karena memang kaum gereja beranggapan bahwa seni itu hanyalah/dan selalu memperjuangkan bentuk visual yang sempurna (idealisasi).

Pada abad Pertengahan estetika secara filosofis bersifat teosentrisme. Hal tersebut dikarenakan oleh
perkembangan Kekristenan yang menakjubkan. Pandangan Klasik yang kosmosentris digantikan oleh
pandangan estetika Kristen yang memusatkan refleksi estetis kepada Tuhan/Allah sendiri.

St. Thomas Aquinas (1225 - 1274) seorang pendeta Ordo Dominikan yang mengintrodusir karya-karya Aristoteles berupaya keras untuk menciptakan perdamian antara filsafat Yunani dan teologi Kristen yang pada akhirnya berhasil disinergikan dan perspektif Aquinas inilah yang kemudian menjadi corak dari konsep seni pada Abad Pertengahan.

Bagi Thomas Aquinas seni sebagai sebuah estetika atau keindahan adalah bagian teologi. Karena bagi sang Pendeta, dunia nyata atau realitas itu sendiri adalah sebuah manifestasi dari yang Ilahi.
(1) Integritas atau kelengkapan, artinya sempurna, tak terpecah, dan tak tersamai.
(2) Harmoni, selaras, dan proposional, keselarasan yang benar.
(3) Kecemerlangan yang jelas, terang, dan jernih.

Jadi corak estetika Abad Pertengahan :
Terikat oleh kekuatan agama (kristen), dikuasai oleh pemimpin agama dan sepenuhnya harus percaya
pada ajaran-ajaran yang disampaikan oleh para pendeta (dogmatisasi), dan bersifat simbolik dengan arti religius spiritual. Menjadikan segala bentuk nilai yang estetis terpenjara oleh seperangkat aturan formal.

RENAISSANCE
Secara etimologis kata renaissance berasal dari kata re: kembali dan naissance: kelahiran. Artinya masa kebangkitan kembali minat budaya Klasik = Yunani-Romawi Kuno (neoplatonisme). Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarawan terkenal, Michelet, dan dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan (Runes:270).

Pada masa Renaissance, seni secara filosofis bersinggungan dengan yang ilmiah yang rasional. Renaisans disebut pula sebagai kebangkitan intelektual yang berdasarkan sumber-sumber klasik. Sebuah revitalisasi dan pengitrodusiran ide-ide klasik kedalam wacana yang baru, yang sesuai dengan
perkembangan intelektual manusia pada masa tersebut. Pada masa ini pula usaha-usaha intelektual
digali secara besar-besaran. Sehingga membuahkan sebuah pengertian awal perihal konsep-konsep
humanisme. Juga memberikan ruang yang terbuka bagi seni atau keindahan estetik lainnya.

Kaum Renaissance banyak mempelajari kembali pandangan estetika Yunani dan Romawi Kuno. Pandangan Plato dan Aristoteles menjadi kajian pokok, sehingga melahirkan berbagai tafsir dan
pandangan baru. Sejak zaman Renaisans mulai muncul pandangan estetika dari para senimannya sendiri, disamping para filsuf seni.
1. Seni lukis dan seni pahat-patung merupakan hal yang bersifat mental dan intelejensi (cosa                    mentale),
    sebuah cabang ilmu, bukan hanya masalah pertukangan (craft). Ini terkait dengan status sosial baru
    bagi seniman sebagai ilmuwan dan orang yang santun (gentleman).
2. Seni dan puisi meniru alam untuk tujuan ini, ilmu-ilmu empiris memberikan petunjuk-petunjuk          yang berguna.
3. Seni plastis, seperti sastra, juga mengejar tujuan moral, yakni perbaikan status sosial, namun tetap
    bercita-cita menuju yang ideal.
4. Tujuan segala seni keindahan adalah properti objektif dari benda-benda terdiri atas tatanan (order),
    harmoni, proporsi, dan kebenaran. Dan kebenaran ini sebagian dapat diungkapkan secara                    matematis.
5. Puisi dan seni-seni visual yang telah mencapai kesempurnaan serta bentuk yang definitif di masa
    klasik (yunani-Romawi) rahasianya telah hilang dan kesenian semakin merosot.
6. Seni harus tunduk dan mengikuti aturan-aturan kesempurnaan yang secara rasional dapat
    dimengerti dan secara tepat dapat diformulasikan dan diajarkan. Aturan-aturan ini inheren didalam
    karya-karya klasik dan dapat dipelajari lewat studi karya-karya tersebut serta studi terhadap alam.
7. Unsur Perspektif menjadi penting dlm proses menciptakan sebuah ilusi kedalaman suatu karya            seni.
8. Banyak berhutang pada mitologi-mitologi klasik dan filsafat mistis.

Setelah berkembangnya zaman Renaisance, masyarakat Eropa mengalami perubahan pada SDM yang
terdiri dari:
1. Perubahan pola pikir emosional menjadi rasional. Pemikiran yang rasional menjadi dasar utama
 / satu-satunya jalan untuk mengungkap rahasia alam, bukan melalui agama. Agama gereja mulai ditinggalkan.
2. Pada Abad Pertengahan, kehidupan di Eropa diatur oleh ”teosentris’’ yaitu segala sesuatu berpusat pada kepercayaan. Namun setelah Renaissance, kehidupan mereka diatur oleh ’’antroposentris’’ yaitu segala sesuatu yang dilakukan berpusat pada manusia. Pada abad tengah mereka percaya pada takdir, tapi pada renaissance mereka percaya pada nasib.
3. Pada jaman abad tengah segala sesuatu dilakukan secara kolektif. Sebaliknya pada jaman renaissance, segala sesuatu dilakukan secara individual
4. Pada jaman abad tengah segala sesuatu dilakukan berdasarkan spiritual. Dan di jaman renaissance, segala sesuatu dilakukan berdasarkan materi.

Pada perubahan kebudayaan ini yang ditekankan adalah membentuk manusia yang humanis.
Humanisme adalah proses pembentukan manusia yang otonom, rasional, bebas, bertanggungjawab,
sehat fisik dan spiritual. Perubahan kebudayaan ini adalah pada bidang seni. Yaitu seni bangunan /arsitektur dan seni lukis. Seniman lukis yang sangat terkenal pada saat itu adalah Leonardo da Vinci
lewat karya "Monalisa". Dan seniman patung Michelangelo, yang terkenal dengan patung “Pieta”, yaitu patung Yesus dipangkuan Bunda Maria.

Michaelangelo Buonarroti' atau lengkapnya (Italia) Michelangelo di Lodovico Buonarroti Simoni
(Spanyol: Miguel Ángel; Perancis: Michel-Ange, yang berarti Malaikat Mikail) (lahir 6 Maret 1475 –
meninggal 18 Februari 1564 pada 88 tahun) adalah seorang pelukis, pemahat, pujangga, dan arsitek
zaman Renaissance. Ia terkenal untuk sumbangan studi anatomi di dalam Seni Rupa. Karyanya yang
dianggap terbaik adalah Patung David, Pietà, dan Fresko di langit-langit Kapel Sistina.

Leonardo da Vinci lahir di Vinci, propinsi Firenze, Italia, 15 April 1452 dan meninggal di Clos Lucé, Perancis, 2 Mei 1519 pada umur 67 tahun. Dia adalah arsitek, musisi, penulis, pematung, dan pelukis Renaisans Italia. Ia digambarkan sebagai arketipe "manusia renaisans" dan sebagai genius universal.

Donato di Niccolò di Betto Bardi (sekitar 1386 - 13 Desember 1466), juga dikenal sebagai Donatello, adalah seorang seniman dan pematung Italia dari Firenze pada awal abad Renaisans.
Ia dikenal sebagai salah satu pematung terbaik pada zamannya. Ia menggunakan tipe khusus dalam teknik mematung yang membuat karyanya terlihat sangat nyata.

Raphael Sanzio atau Rafaello Sanzio (lahir di Urbino, Italia, 6 April 1483 – wafat di Roma, Italia, 6 April 1520 pada 37 tahun) adalah ahli lukis dan arsitektur terpelajar Italia dari kota Firenze pada masa Renaissance. Ia juga dikenal dengan panggilan Raffaello Santi, Raffaello da Urbino, atau Rafael Sanzio da Urbino.

Ciri utama Renaissance:
1. Humanisme, individualisme, sekularisme = lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme, dan rasionalisme. Hasil yang diperoleh dari watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang. Filsafat berkembang bukan pada zaman ini, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (Zaman Modern). Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisme itu. Agama (Kristen) makin ditinggalkan karena semangat humanism. Ini kelihatan dengan jelas kelak pada Zaman Modern. Rupanya setiap gerakan pemikiran mempunyai kecenderungan menghasilkan yang positif,  etapi sekaligus yang negatif.
2. Melepaskan norma-norma perwujudan yang ditentukan oleh raja dan bangsawan yang berkuasa dan oleh para pendeta (Gereja).
3. Kesenian masih tetap menggunakan tema-tema yang sifatnya religius (sakral)
4. Pada akhir-akhir masa renaissance timbul kesenian profan dan sekuler.
5. Perfeksi dan keutuhan tetap merupakan syarat keindahan.


ESTETIKA BARAT II

• Pengaruh Renaissance berikutnya telah menciptakan atmosfir seni akademis, yang membentuk konsep2 teori2 akademis (pengklasikan/pembakuan):
– Nature, kekuatan penciptaan
– Imitation, harus meniru, tapi tak sekedar mengkopi, tapi menangkap, memahami dan membawakan     prinsip2 tertentu
– Invention, memilih dan menyajikan tema penggambaran hidup manusia yang signifikan, mendidik     moral juga menyenangkan, dengan ilham Alkitab, mitologi klasik dan sejarah
• dan menyebabkan pembagian genre/tema seni secara hierarkis:
– Still life (alam benda)
– Landscape (pemandangan alam)
– Potret
– Tema naratif yang dapat memajukan moral (sejarah, mitologi, Alkitab)

ESTETIKA ABAD PENCERAHAN (ENLIGHTMENT)
• Masa ini rasionalisme menjadi ideologi, bahkan seperangkat aturan seni akademis menjadi rasional,    tertata, tertib dan formal, memunculkan aliran seni Neoklasik
• Neoklasik mengacu pada kejayaan dan keagungan Imperium Romawi. Memunculkan karyakarya        yang sangat heroik, agung dan megah. Menjadi alat propaganda para diktator
• Mulai munculnya gagasan akan ‘kebenaran estetik’, bentuk ‘kebenaran’ tersendiri yang tidak bisa      dinilai dari kebenaran logika dan etika, gagasan otonomi seni
Art for the sake of Art



ESTETIKA ROMANTIK
• Gerakan sastra dan seni yang berupaya mengangkat aspek emosi dan ekspresi pada kemanusiaan        yang sebelumnya dikesampingkan karena dominasi logika dan rasio
• Memunculkan karya seni yang penuh gejolak emosi, kegetiran, dramatis, puitis, teatrikal, sering          disebut aliran Romantisisme
• Bidang seni memiliki dua sisi yang opositif: Apollonian VS Dionysian
• Romantisisme mengekspos sisi Dionysian dari seni. Hal ini menghadirkan perilaku dan pemikiran      kaum ‘seniman’ yang ‘romantik’
Romantisisme vs Realisme
• Seni Romantik yang dianggap terlalu dramatis, teatrikal dan berlebihan mendapat tentangan dari         aliran seni Realisme
• Realisme berusaha mengalihkan tema sebelumnya yang terlalu fokus pada iklim kebangsawanan        dan kekayaan demi menyuguhkan kenyataan yang ada dalam keseharian sealamiah mungkin tanpa      dibuat-buat

ESTETIKA MODERN
Estetika Modern berlangsung dari tahun 1860 -1970an. Estetika modern “membuang” tradisi estetika yang dianggap kuno kemudian berexperimen dengan kebaruan yang ada—seperti ide baru tentang kesemestaan sebagai sesuatu yang materialistis. Estetika mengalami (re)orientasi subtansial yaitu, memandang karya seni bukan pada kecantikan dan keindahannya, melainkan telah bergeser ke arah aksi, makna, dan tanda.

Estetika modern dimulai dari karya-karya para seniman ternama seperti Vincent van Gogh, Paul Cézanne, Paul Gauguin, Georges Seurat dan Henri de Toulouse-Lautrec. Pada awal abad ke-20, Henri
Matisse dan beberapa seniman muda seperti, seniman pre-cubists Georges Braque, André Derain, Raoul Dufy, Jean Metzinger dan Maurice de Vlaminck melakukan semacam revolusi di Paris yang membiarkan ide liar kesenimanan mereka keluar sehingga menghasilkan karya-karya yang multi colored, expressive landscapes dan figure paintings yang pada masa tersebut dikenal dengan sebutan Fauvism.

Estetika Modern Awal Abad ke-20
Menuju Otonomi Visual
Beralihnya proses seni dari imitasi ke kreasi itulah yang menyebabkan lahirnya persoalan ekspresi dalam lukisan, serta pentingnya kehadiran otonomi visual sekaligus kehadiran material dalam lukisan
Pembela dalam pendangan ini kritikus Denis Maurice yakin soal ditemukannya ‘ada realitas yang khas di dalam suatu gambar atau lukisan’

ESTETIKA POST-MODERN
Posmodernisme adalah gerakan kebudayaan yang dicirikan oleh penentangan terhadap rasionalisme,
totalitarianisme, dan universalisme. Serta kecenderungan ke arah penghargaan akan keanekaragaman,
pluralitas, kelimpah-ruahan, dan fragmentasi dengan menerima pelbagai kontradiksi dan ironi di
dalamnya. (Piliang, 2004).

Estetika post-modern adalah anti-tesis dari estetika modern. Bentuknya estetiknya secara umum adalah:
Intermedia, Installation art, Conceptual Art dan Multimedia.

Karakteristik estetika post-modern antara lain:
bricolage, the use of words prominently as the central artistic element, collage, simplification,
appropriation, performance art, the recycling of past styles and themes modern-day context, dan
perkelidanan antara fine dan high arts dan low art dan popular culture.



Estetika Posmodern lebih menekankan dampak dari suatu karya seni dibandingkan pengertian dari
suatu karya seni—lebih menekankan pada sensasi yang terjadi dari suatu karya seni ketimbang
interpretasinya.

Seniman/desainer, merupakan manifestasi perluasan otoritas estetika yang tak terbatas dan absolut.
Seniman/desainer menjadi seperti “produsen” artefak budaya (bangunan dan lingkungan binaan) yang
bebas lepas menentukan bentuk desain yang diinginkannya. Namun dalam realitasnya tak lebih dari
pengulangan-pengulangan bentuk, gaya, dan simbol-simbol dari apa yang sudah ada sebelumnya.

• Konsep estetika Barat mengalami perubahan dari zaman ke zaman. Dari imitasi, idealisasi, ekspresi
simplifikasi, hingga ke abstraksi, akhirnya ‘anarki’, dan masih terus bereksplorasi
• Perubahan konsep estetik dalam seni murni, pastinya mempengaruhi bidang desain dan arsitektur
• Perubahan konsep estetik dipengaruhi pula oleh dinamika wacana pemikiran filsafat dan                      kebudayaan
• Namun bagaimanapun, desain dan arsitektur masih memfokuskan pada fungsi dan komunikasi



 Tambahan



Menuju Seni Modern

Perkembangan seni rupa yang terbagi antara sakral dan sekuler, juga menimbulkan ketidak puasan
karena seni masih terpaku pada pakem, sehingga timbullah aliran/gaya dalam seni (lukis):
1. Klasisisme (Klasik), yang mengacu pada ideal klasik Yunani, mengarah ke bentuk dekoratif,
    mengesankan bentuk yang indah dan elok
2. Naturalisme, sesuai dengan bentuk alamiah sehari-hari, seperti potret
Abad ke-18
3. Neo-Clasicisme (Neoklasik), lebih terikat pada patokan akademis, mengutamakan harmoni dan
    idealis, pewarnaan yang lembut, kesan agung, obyek berupa bangsawan atau pendeta.
    Berkembang pula dalam seni arsitektur dan patung.
Abad ke-19
4. Romantisisme, menyajikan peristiwa dan tragedi yang terkadang menyimpang dari kenyataannya,      penuh gerak, gejolak, emosionil, meriah dan penuh kegetiran. Tokoh-tokohnya antara lain Eugene      Delacroix, Theodore Gericault, Francois Millet, Gustave Courbet
5. Realisme, melukiskan sesuatu yang ada dan nyata, tanpa dramatisir
6. Naturalisme, sesuai dengan bentuk alamiah sehari-hari, seperti potret
7. Impressionisme, mencoba mengesankan pandangan biasa yaitu merekam keindahan alam dengan      warna-warna selain hitam. Tokoh-tokohnya ialah Eduard Manet, Claude Monet, Edgar Degas,            James MacNeill Whistler
8. Post-Impressionisme, membuat keindahan dengan mengubah keindahan alami menjadi
    keindahan artistic dengan tokohnya George Seurat, Paul Cezanne, Vincent vanGogh, Paul Gauguin
Abad ke-20
9. Fauvisme, yang berusaha membebaskan diri dari semua pengaruh keindahan alam, cerah dengan        warna-warna berani walau sering bertabrakan, disebut juga “binatang jalang”, dengan tokohnya          Matisse
10. Expressionisme, mengutamakan kebebasan distorsi bentuk dan kebebasan warna sebagai                 ungkapan emosi dan sensasi jiwa, berawal dari Jerman dengan tokohnya Kollwitz, Wassily                 Kandinsky, Marc
11. Kubisme, didasari pandangan tentang komposisi bentuk dan ruang, diantaranya :
     - Analitis
     - Sintetis
     - Futurisme
   Tokohnya yang terkenal adalah Pablo Picasso dan Georges Braque
12. Abstraktivisme, memberikan susunan warna, garis dan bidang untuk ditafsirkan sebagai bentuk
non figuratif, murni, utuh dan bebas dari bentuk yang ada di alam, diantaranya :
    - Suprematisme, dengan bentuk-bentuk geometris murni (lingkaran, kubus dsb)
    - Konstruktivisme, menyajikan bentuk 3 dimensi dengan bahan bangunan (kayu, kawat,
       besim plastik)
    - Neoplastisisme, meninggalkan bentuk alamiah, menuju bentuk tersederhana
    - Purisme, menginginkan bentukan murni yang hanya bisa direalisasikan dalam bentuk 3 dimensi        deperti pada seni patung dan arsitektur
13. Dadaisme, menentang semua kaidah seni dan estetika sebelumnya (Borjuis), sinis, nihil dan
  meniadakan ilusi, tokohnya Marcel Duchamp
14. Pittura Metafisica, menghadirkan sesuatu bersifat metafisik yang hanya bisa ditangkap                  orangorang tertentu
15. Surrealisme, perwujudan hal-hal aneh yang tak terjangkau pemikiran biasa, berkembang
  menjadi dua tendensi :
   - Surrealisme Ekspresif, menyajikan bentuk simbolik
   - Surrealisme Murni, menggunakan teknik akademis yang akurat, namun ditambah dan
     dirubah menjadi sesuatu yang absurd

Aliran lukis yang mengacu atau terpengaruh seni timur :
   - Rococo Chinoiserie (abad 18)
   - Japonisme (abad 19)

Gaya dalam seni lainnya :
   - Realis-Impresionisme, terdapat dalam seni patung yang dikembangkan Auguste Rodin
   - Fungsionalisme yang terdapat pada arsitektur dengan tokohnya Sullivan dengan esensi
      bentuk mengikuti fungsi
   - Symbolisme / Synthetism, seni lukis pelarian dari obyektif naturalistis menuju imajinasi dan
     fantasi, dunia tersendiri
   - Abstrak-Ekspresionisme, lahir di New York setelah Perang Dunia II, meliputi lukis, seni tiga
     dimensi

Perkembangan Gaya dalam Desain
   - The Arts and Crafts Movement (1850-1900)
   - Art Nouveau (1890-1905)
   - The Machine Aesthetic (1900-1930)
   - Bauhaus (1919-1933)
   - Art Deco (1925-1939)
   - Streamlining (1935-1955)
   - Modernism – Pop Art (1955-1975)
   - Post-Modernism (1975-…)

Art Nouveau
Merupakan paduan seni dengan industri (art industry), terinspirasi rococo dan japonisme, yaitu dengan memassalisasi pruduk berornamen mewah dengan harga yang tetap terjangkau. Bisa dikatakan sebagai bentuk kompromi antara seni dan industri. Cirinya dinamis penuh gerakan dengan menampilkan banyak pola-pola kurvalinear mirip tumbuhan, ada hubungan dengan aliran symbolisme. Akibatnya terjadi kejenuhan, bahkan timbul komentar Adolf Loos, “Ornament is a crime”.

The Machine Aesthetics
Alias “Estetika Mesin”, dilatar belakangi perkembangan teknologi produksi dan organisasi industri,
perluasan pasar, tuntutan selera yang kompleks, rasionalisme yang menuntut pelipat gandaan, relevansi dengan kemampuan mesin dan kompleksitas sistem produksi.
Ditunjang slogan dari Louis Sullivan “Form ever follows function”, lahir suatu purisme bahwa dalam
bidang arsitektur haruslah murni sesuai fungsi, tanpa ekspresi. Fungsionalisme-rasionalisme dan presisi,
sederhana dan terstandarisasi. Adanya konsep kenyamanan secara terukur agar bias seekonomis dan
seefisien mungkin seperti ergonomi.

Brutalisme, konsep desain yang terlalu seadanya, sekedar struktur yang memenuhi fungsi, tanpa
keindahan, merupakan ekses dari Perang Dunia I dan bernafaskan sosialisme (hemat biaya).

Universalisme atau International Style, kelanjutan purisme Estetika Mesin yang konsepnya menyeragamkan gaya bangunan dan mode di seluruh dunia, sesuai dengan Barat.

Art Deco
Suatu langgam yang menyatukan seni, teknologi dan desain, bersamaan dengan International Syle.
Berawal dari Bauhaus (House of Building), akademi desain di mana arahnya adalah desain yang ekspresi, rasio, fungsi, puris dan pengajaran yang termetodis. memiliki visi berupa karya seni kolektif di mana tiada batasan antara struktur dan hiasan. Ini melanjutkan pemikiran Purisme mengenai fungsi, namun tetap berusaha menyintesakan teknologi dan estetika.
Menurut Mies Van Der Rome desain yang baik adalah adanya kejujuran material, konsistensi logika,
keterus terangan dan kesederhanaan, sehingga melahirkan slogan “less is more”. Contoh karya arsitektur yang terkenal adalah Chrysler Building di New York, juga beberapa bangunan di Braga
Bandung.

Pop Art
Diartikan “membuat suatu gaya menjadi tidak berkepribadian”, karena menggunakan kolase gambargambar dari iklan dan media cetak lainnya sebagai bahan berkarya. Saat pertama muncul di Inggris dianggap sebagai hujatan kepada seni atau masyarakat konsumen. Namun muncul juga komentar bahwa bentuk seni ini popular, murah, muda, jahil, bisa diperbanyak dan keseharian. Salah satu yang terkenal adalah karya Andy Warhol.


Referensi:

Buku Utama
Ali, Matius. 2011. Estetika: Pengantar Filsafat Seni.Sanggar Luxor.
Arifin, Djauhar. 1986. Sejarah Seni Rupa. Penerbit CV Rosda Bandung.
Chernyshevsky, N. G. 2005. Hubungan Estetik Seni dengan Realitas. Bandung: CV Ultimus.
Dharsono. (Sony Kartika). 2007. Estetika. Bandung: Rekayasa Sains.
Honour, Hugh & JohnFleming. 2002. A World History of Art. London: Laurence King Publishing.
Getlein, Mark. 2002. Living with Art. New York: McGraw Hill.
Sumardjo, Jakob. 2010. Estetika Paradoks. Bandung: Sunan Ambu Press.

Buku Pendukung
Sugiharto, Bambang. 2014. Untuk Apa Seni? Bandung: MATAHARI.
Toynbee, Arnold. 2007. Sejarah Umat Manusia, Uraian Analitis, Kronologis, Naratif, dan Komparatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.